Bagaimana bila tubuh kita rasanya seperti menyimpan trauma tapi kita sendiri sampai rasanya kehilangan self awareness apa trigger utamanya? Pertanyaan oleh As***_250
top of page

Tanya Jawab Expert
Publik·34 anggota
bottom of page
Bagaimana bila tubuh kita rasanya seperti menyimpan trauma tapi kita sendiri sampai rasanya kehilangan self awareness apa trigger utamanya? Pertanyaan oleh As***_250
Jawaban:
Dijawab oleh Hanna Permata Hanifah, S.Pd
Selamat pagi kak. Terimakasih ya sudah menghubungi kami melalui QnA QalbooApp.
Iya betul kak, beberapa trauma masa lalu meski sudah tidak kita sadari secara sadar oleh pikiran kita, sudah tidak kita ingat, sesuatu itu sudah kita rasa tidak mengganggu, ternyata tubuh kita masih bisa menyimpannya sebagai "hal yang menyakitkan yang diingat" di nervous system dan ia akan memunculkan reaksinya melalui berbagai macam cara dan terpancing/terpicu/ tertrigger kembali jika kakak mengalami sesuatu yang berkaitan dengan penyebab awal trauma tersebut meski kakak tidak mnyadari keterhubungannya.
Langkah awal, meskipun secara umum secara sadar kita terlupakan dari penyebab trauma awal yang membuatnya tersimpan di nervous system, kita bisa untuk tetap mencoba mengingat kembali, memberikan perhatian lebih pada apa saja yang kakak rasakan, atau apa yang kakak yakini terjadi pada kakak sehingga kakak memiliki kesimpulan "oh mungkin kejadian ini, atau kejadian ini yang menjadikannya tersimpan di nervous system kakak.
Selanjutkan, kakak bisa merefleksikan kembali pengalaman hidup apa saja sepanjang hidup kakak yang dirasa sebagai kejadian traumatis bagi kakak. Traumatis tidak harus selalu kejadian yang extraordinary/luar biasa menurut orang lain, tapi itu benar-benar membekas menyakitkan, menakutkan, menyedihkan, memalukan yang benar-benar mendalam bagi diri kakak.
Selain itu, kakak juga bisa melalui self-monitoring tercatat dimana kakak mencatat kondisi-kondisi apa yang ketika hal itu sedang terjadi, itu mengganggu kakak, membuat kakak tidak nyaman. Misal ketika melihat darah, melihat pisau, sedang dalam situasi sosial, kakak harus tampil atau menjadi pusat perhatian, atau ketika kakak hendak masuk dalam suatu hubungan romantis, atau ketika kakak sedang ada ketidaksepahaman dengan orang lain dan tampak hendak terjadi pertengkaran, kakak bisa amati kejadian-kejadian keseharian yang sekiranya membuat kakak tidak nyaman baik secara perasaan/emosional, pikiran, atau membuat kakak tidak nyaman secara fisik (ada respon tubuh yang muncul; otot tegang, berkeingat berlebihan, jantung berdebar, atau ingin bersembunyi atau menghindar)
Ini dilakukan untuk membangkitkan kesadaran kita atas trigger awal dan untuk lebih memperhatiakn bagaimana tubuh kita merespon suatu keadaan, yang mana respon itu tidak kita pikirkan terlebih dahulu. (Misal, jantung bisa berdebar lebih kencang terlebih dahulu sebelum menyadari bahwa kita sedang merasa grogi)
Selanjutkan, kakak bisa melatih diri kakak untuk lebih ekspresif. Jika kakak sedih, dan ternyata kakak adalah orang yang sulit menangis, kakak bisa menyendiri dan menyediakan waktu untuk secara sengaja mengekspresikan kesedihan itu melalui tangisan. Bisa dilakukan dengan journaling, atau bernyanyi, atau melukis. Latihan ekspresif ini berusaha menyalurkan emosi yang sulit diproses, yang juga sulit dikenali oleh kognisi/pikiran supaya terproses dan disalurkan oleh tubuh. Harapannya "load"/ tanggungan/beban yang dibawa tubuh tersalurkan dan menjadi lebih ringan. Harapannya kakak bisa merasa lebih lega dan nyaman.
Mungkin ini jawaban secara general/umumnya terlebih dahulu ya kak. Karena lebih lanjut, mungkin akan sulit untuk dipraktekkan sendiri tanpa pengawasan langsung dari konselor/psikolog.
Semoga bisa memberikan sedikit gambaran, dan membantu kakak lebih mengenali keadaan yang kakak alami sekarang. Jika dirasa kurang membantu, kakak masih mengalami kesulitan, atau kesulitan menerapkan apa yang sudah saya tulis disini, atau kakak sudah menemukan kemungkinan kecenderungan penyebab trauma yang kakak rasakan, dan respon yang muncul dari nervous system yang dirasa kakak, dan tidak tahu harus bagaimana, kakak bisa melanjutkannya dengan sesi konseling/konsultasi dengan konselor/psikolog lebih lanjut.
Semangat ya kak, semoga Allah mudahkan, Terima kasih
Pertama kali diunggah pada 2022-10-01T16:10:04.165Z